Jombang- beritaplus.id | Di tengah arus modernisasi yang deras, serta perkembangan zaman semakin pesat, tidak membuat buta bagi sebagian orang atau masyarakat yang masih tetap mempertahankan unsur tradisi kepercayaan leluhurnya, sebut saja tradisi Tedak Siten ( Mudun Lemah).
Berbagai bentuk tradisi yang sudah membudaya pada kalangan masyarakat akan terwujud suatu nilai-nilai kearifan lokal, yang kadang jarang kita temui Acara mudun lemah digelar biasanya bayi memasuki usia tujuh bulan, orang jawa biasanya menggelar tradisi mudun lemah.
Tradisi Jawa ini, ternyata sudah dilaksanakan turun temurun sejak zaman dulu.
Sebagian masyarakat hingga saat ini masih mempertahankan tradisi budaya mudun lemah sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT, menandai perkembangan anak mulai bisa berjalan.
Seperti Kabiro beritaplus.id Jombang sengaja menggelar acara tradisi mudun lemah cucu pertama, "Arsenio Kenzy Rezqiano" anak pertama pasangan Mella Yustika Sandy dan Anggi Mega Rohmansyah warga dusun Janti, desa Janti, kecamatan Jogoroto, Jumat ( 20/1 ).
Pelaksanaan tasyakuran tedak mudun lemah terdiri dari berbagai tahapan diantaranya, menginjak tetel tujuh warna, naik tangga, turun dari tangga untuk berjalan di atas tetel, masuk ke dalam kurungan, untuk mengambil properti yang sudah siapkan ada Al Quran, buku tulis, uang, alat tulis, sisir dan cermin.
Muhajir Kabiro beritaplus.id Jombang menyampaikan mengaku sengaja menggelar tradisi mudun lemah untuk cucu pertamanya.
Sekaligus uri-uri warisan budaya leluhur yang patut di lestarikan jangan sampai budaya tersebut lekang dimakan waktu Sebagai kakek dan nenek, harus mendoakan agar cucu saya kelak diberikan kemudahan, kesehatan, keselamatan.
Menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, berguna bagi agama, bangsa dan negara dengan harapan ketika menginjak dewasa nanti cucu saya akan dimudahkan dalam mendapatkan rezeki, serta dijauhkan dari marabahaya, malapetaka, selamat dunia akhirat, katanya.
Mella mengatakan, usai pembacaan doa, sang anak di dudukan di atas tetel dan dihadapannya beri properti Kenzy tadi memilih.
Saat di dalam kurungan ayam, memilih satu lembar uang di antara banyaknya properti yang disiapkan.
Semoga kelak anak saya jadi seorang pengusaha dan banyak uang, tentunya taat beribadah, harapnya.
Anggi menambahkan setelah prosesi memilih barang kesukaannya, sang anak langsung diturunkan ke tanah.
Sebagai simbol dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Semoga setelah Mudun Lemah ini anak saya belajar jalan, ujarnya.
Sementara Hj. Nikmatun menuturkan tasyakuran ini digelar sebagai bentuk rasa syukur karena sang anak akan mulai belajar berjalan. Selain itu, merupakan salah satu memperkenalkan anak kepada alam sekitar. tuturnya.
Acara tasyakuran mudun lemah tersebut support oleh dekorasi Dewi Cempaka Putih ( DCP), desa Temuwulan, kecamatan Perak. Dokumentasi foto gabut @ id, desa Megaluh, kecamatan Megaluh. ( nang/ajr)
Editor : Redaksi