Ponorogo - beritaplus.id | Proses pemungutan pemilu, pilkada, dan berbagai kontestasi politik di Indonesia selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari siklus demokrasi. Setiap kali pemilu berakhir, baik itu pemilihan kepala daerah (pilkada), legislatif (pileg), maupun presiden (pilpres), sebuah perjalanan panjang telah dilalui oleh rakyat, dengan berbagai dinamika yang menyertainya.
Namun, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dzulhijah Fajar seorang mahasiswa Fakultas Hukum PDKU Ponorogo Universitas Merdeka Malang dalam puisinya yang berjudul "Embrio Harapan dalam Siklus Demokrasi" ada hal mendasar paska terselenggaranya kontestasi pilkada berakhir serta mendapatkan hasil yang telah diputuskan, ada satu hal yang tetap ada di setiap putaran siklus demokrasi: "harapan".
Disela kesibukannya kuliah saat di temui awak media, rabu(27/11/2024) fajar menjelaskan bahwa Puisi ini adalah sebuah rangkuman rangkaian tugas dari dosen pembimbing kami Ibu Maria Yosepin Endah Listyowati., S. H, M. Hum dimana setiap mahasiswa harus peka terhadap fenomena sosial yang tengah berkembang di tengah masyarakat. maka sebuah rangkaian kejadian ini kita tuangkan dalam sebuah puisi yang berjudul "Embrio Harapan dalam Siklus Demokrasi" ada hal nendasar paska terselenggaranya kontestasi serta mendapatkan hasil yang telah diputuskan, ada satu hal yang tetap ada di setiap putaran siklus demokrasi: harapan.
Fajar menyebutkan bahwa setelah hasil pemilu diumumkan, meskipun konsekuensi dari keputusan politik tetap menyapa masyarakat, ada sesuatu yang lebih mendalam dan terus berkembang yaitu harapan.
“Dalam setiap siklus yang berputar, tersimpan embrio harapan baru yang akan menguat dan berkembang menjadi cahaya di ujung perjalanan,” tulisnya dalam puisi yang mencerminkan pemikiran tentang pentingnya melanjutkan langkah meski tantangan dan ketidakpastian selalu ada.
Penyelenggaraan pemilu bukan hanya soal kemenangan dan kekalahan semata. Menurut Fajar, setiap fenomena yang terjadi dalam kontestasi politik merupakan jawaban atas refleksi panjang dan analisis terhadap keadaan bangsa, masyarakat, dan konstitusi yang ada. Siklus demokrasi, dengan segala kompleksitas dan dinamika sosial yang terjadi, tetap menyisakan harapan bahwa melalui perubahan, kita bisa mencapai tujuan yang lebih baik.
Fenomena ini juga mencerminkan suatu kenyataan bahwa, terlepas dari hasil yang diterima, masyarakat akan terus berusaha memperjuangkan cita-cita demokrasi yang lebih baik. Setiap siklus pemilu bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang membangun dan memperkuat fondasi demokrasi yang lebih inklusif dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Sementara itu, Fajar yang berlatar belakang aktifis mengingatkan bahwa meskipun harapan itu tumbuh di tengah ketidakpastian, penting bagi masyarakat untuk terus menjaga semangat demokrasi. Melalui partisipasi aktif dalam setiap proses politik, masyarakat bisa menjadi bagian dari embrio harapan yang akan membawa perubahan positif ke depan.
Demikian, Embrio Harapan dalam Siklus Demokrasi menjadi pengingat bahwa meskipun proses demokrasi penuh dengan tantangan dan dinamika, ia selalu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya harapan dan perubahan menuju masa depan yang lebih cerah. (Suci)
Editor : Ida Djumila