GRESIK, BeritaPlus.id - Inisiatif pemberdayaan ibu-ibu kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Cagakagung, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, berhasil membawa perubahan signifikan melalui program urban farming berbasis hidroponik. Program ini diinisiasi oleh Tim Dosen dari Universitas Wijaya Putra Surabaya sebagai bagian dari upaya mendukung ketahanan pangan keluarga dan memperkuat ekonomi lokal.
Dalam program ini, ibu-ibu PKK Desa Cagakagung dilatih menggunakan budidaya hidroponik untuk memanfaatkan lahan pekarangan secara optimal. Pelatihan ini mencakup pengenalan sistem hidroponik, teknik pembuatan pupuk cair eco-enzim, serta pengelolaan administrasi keuangan PKK yang lebih modern. Pendekatan praktis dalam setiap sesi memastikan para peserta dapat langsung menerapkan pengetahuan baru mereka di lahan pekarangan Rukun Tetangga (RT).
Hasil program ini sangat menjanjikan. Buktinya, tingkat keterampilan urban farming mitra meningkat hingga 50%, sementara kemampuan pengelolaan administrasi keuangan dan pembuatan pupuk cair juga mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu, pendapatan PKK tercatat meningkat sebesar 30% melalui inovasi pendanaan seperti bank sampah sederhana.
“Program ini bukan hanya meningkatkan keterampilan, tetapi juga membangun solidaritas antar anggota PKK. Dampaknya terasa tidak hanya di tingkat ekonomi keluarga, tetapi juga lingkungan yang lebih bersih dan sehat,” ungkap Dr. Heri Susanto selaku Ketua Tim Pelaksana Program Universitas Wijaya Surabaya disampaikan pada Senin, 13 Januari 2025.
Selain Dr. Heri Susanto, Anggota dari program ini ialah Andri Krisna Dianto, S.P., M.M., dan Ibu Dwiyana Anela Kurniasari.
Sebagai bagian dari kegiatan, para anggota PKK juga diajak untuk mengenal pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga menjadi pupuk cair yang bermanfaat. Tidak hanya berguna untuk mendukung hasil pertanian hidroponik mereka, produk pupuk cair ini juga memiliki potensi untuk dipasarkan, memberikan sumber pendapatan tambahan bagi keluarga.
Selain itu, konsep bank sampah sederhana yang diperkenalkan dalam program ini membuka peluang baru bagi pengelolaan limbah rumah tangga. Para peserta diajarkan cara memilah dan mengelola sampah organik dan non-organik untuk dijual atau diolah lebih lanjut. Langkah ini tidak hanya berdampak pada kebersihan lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya daur ulang.
Universitas Wijaya Putra berharap bahwa program ini dapat menjadi model percontohan untuk desa-desa lain yang menghadapi tantangan serupa.
"Kami percaya bahwa dengan pendampingan yang tepat, masyarakat dapat diberdayakan untuk menciptakan solusi inovatif bagi kebutuhan mereka sendiri," tambah Dwiyana Anela Kurniasari, salah satu Anggota Tim Pelaksana Universitas Wijaya Surabaya.
Melalui sinergi antara ilmu pengetahuan, pemberdayaan masyarakat, dan semangat gotong royong, program ini membuktikan bahwa ketahanan pangan tidak hanya sebuah impian, tetapi juga sebuah tujuan yang dapat dicapai bersama. Semoga program serupa dapat terus berkembang di wilayah lain dan membawa manfaat yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia. (*)
Editor : Ida Djumila