Ponorogo, beritaplus.id | Resepsi puncak Milad Muhammadiyah ke- 113 yang diselengarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ponorogo di Gelanggang Olahraga (GOR) Singodimedjo berlangsung sangat meriah Sabtu, (22-11-2025).
Berbagai kegiatan turut memeriahkan perhelatan tasyakuran tersebut, seperti pengecekan kesehatan gratis, sarapan nasi pecel 5000 porsi, pertunjukan kesenian Reyog, bazar UMKM dan pameran seni.
Salah satu yang menarik perhatian jamaah dan masyarakat luas adalah pameran seni yang dimeriahkan oleh Lembaga Seni Budaya (LSB) Muhammadiyah Ponorogo.
Dr.Alip Sugianto, pengurus LSB PDM Ponorogo menyampaikan ada tiga program kolaboratif anggota LSB yang berpadu menjadi satu even menarik dengan tiga produk seni unggulan dari anggota LSB PDM Ponorogo.
Hal itu diungkapkan saat pameran di area Gor yang bertajuk “Art Exhibition of LSBM Ponorogo”
Ia menyebut pameran pertama adalah unggulan seni lukis bertemakan tokoh Muhammadiyah, Kaligrafi dan Reyog Ponorogo.
Mas Al, sapaan akrab Alip Sugianto mengungkapkan tema tersebut, pertama untuk meneladani tokoh-tokoh Muhammadiyah yang telah banyak memberikan inspirasi tentang dakwah dan perjuangan kader Muhammadiyah.
Seni kaligrafi sebagai media dakwah dan informasi yang indah.
Ketiga adalah Ponorogo dengan identitas Reyog yang kini telah diakui oleh UNESCO.
Lukisan-lukisan tersebut karya dari kader Muhammadiyah bapak Sugeng Folos salah satu pelukis handal yang telah lama berkiprah di Muhammadiyah sebagai guru Seni di SMP Muhammadiyah.
“Pameran kedua adalah seni Batik Lukis, karya dari Bapak Guntur Sasono dengan menghadirkan karya-karya terbaiknya bertemakan seni Reyog sebagai identitas seni budaya Ponorogo. Ia berusaha untuk mengangkat kembali citra batik Ponorogo yang dulu pernah berjaya pada masanya,"tuturnya.
Menurut Alip, dulu batik Ponorogo terbesar kedua di Jawa setelah Pekalongan, hal ini pernah diungkap oleh peneliti Cristine Dobbin dalam penelitiannya yang berjudul Accounting for the Failure of the Muslim Javanese Business Class: Examples from Ponorogo and Tulungagung (1880-1940).
Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa perkembangan Batik Ponorogo saat itu juga memiliki kaitan erat dengan sejarah Muhammadiyah di Ponorogo, banyak aktivis Muhammadiyah zaman dahulu yang menjadi Pengusaha Batik.
“Dulu banyak aktivis Muhammadiyah Ponorogo generasi awal yang berprofesi menjadi juragan, pengusaha batik di Ponorogo, perkembangan antara batik dan Muhammadiyah di Ponorogo saat itu sangat erat dan kuat,"paparnya.
Ketiga adalah Pameran Seni Ukur Karya dari Bapak Isyanto dan Mas Dedy Syaufiq Riza yaknimenghadirkan seni ukir Wayang dan kayu yang beragam jenis produk kreatif.
Salam pameran tersebut Plt Bupati Ponorogo Hj. Lisdyarita, S.H saat mengunjungi pameran turut terpesona dengan hasil karya seniman-seniman Muhammadiyah yang luar biasa hebat. I
Bahkan Bu Lisdyarita membeli beberapa produk karya seniman baik batik maupun wayang karya LSB PDM Ponorogo.
“MasyaAllah, luar biasa indah, kita terus berupaya mendorong ekraf (ekonomi kreatif) Ponorogo untuk terus tumbuh maju dan berkembang, sukses untuk teman teman LSB,"pungkasnya.(aw)
Editor : Ida Djumila