Depok, beritaplus.id | Sampah yang bersumber dari aktivitas sehari-hari di rumah, ternyata jika dikelola dengan baik, selain mencegah kerusakan lingkungan, juga bisa bernilai ekonomi. Langkah pertama yang bisa dilakukan yakni memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Sampah jenis botol plastik dan kertas bisa dikumpulkan dan disetor ke pengepul, sedangkan sampah organik sisa makanan bisa dipilah dan dikelola untuk pembuatan kompos, biopori, hingga eco enzyme yang kaya manfaat.
Ibu-Ibu ‘Aisyiyah dari Depok, Jawa Barat, yang tergabung dalam anggota Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Depok, Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Sawangan, PCA Bojong Sari, dan PCA Sukmajaya, mendorong keterlibatan kelompok perempuan di lingkungannya seperti Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah, Perwakilan Guru TK ABA, PKK, Muslimat, hingga pegiat Bank Sampah, tingkatkan kapasitas pemanfaatan sampah dari rumah agar bernilai ekonomi.
Baca juga: Tanwir I ‘Aisyiyah Resmi Ditutup, Salmah: Fokus Implementasikan Program
Bekerja sama dengan Eco Bhinneka Muhammadiyah, Ibu-Ibu ‘Aisyiyah tersebut bersemangat menggelar pelatihan dan lokakarya shodaqoh sampah, bertajuk Women Eco – Preneurship: Membangun Ekonomi Kreatif dalam Pengelolaan Shodaqoh Sampah. Acara yang dihadiri 82 orang peserta ini dilaksanakan pada Jumat (24/01) di Aula Masjid Jami’ Al Biru, Cinangka, Depok, Jawa Barat. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sawangan dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Cinangka turut hadir mendukung kegiatan ini.
Warnisma, Ketua PDA Depok Koordinator LLHPB, mengungkapkan komitmen ‘Aisyiyah untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dengan dibentuknya Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) ‘Aisyiyah pasca Muktamar 2015 di Makassar. “Sebagai perempuan maupun Ibu, mari kita bangun kepedulian kita dalam mencegah kerusakan lingkungan, kita bisa mulai dengan pengelolaan sampah dari aktivitas keseharian kita di rumah,” ajaknya. Selain berkontribusi memberikan solusi terhadap persoalan kondisi sampah di Depok, Warnisma berharap kegiatan ini bisa meningkatkan pendapatan Ibu-Ibu di rumah. “Setelah kegiatan ini, ilmu yang kita dapatkan mari kita tularkan ke Ibu-Ibu yang lain hingga dasa wisma di RT dan RW kita,” pungkasnya.
Sekjen Eco Enzyme Nusantara Pusat, Juliana Ojong, hadir membagikan pengalamannya dalam mempraktikkan pemilahan sampah rumah tangga sebagai kompos, biopori, dan Eco Enzyme. Mengingat lebih dari separuh sampah ke TPA adalah organik dan bisa mencemari lingkungan, Ia mengajak para peserta untuk mengenali jenis sampah organik, dan memperagakan mana bahan sampah organik yang bisa dimasukkan sebagai kompos dan biopori, dan mana yang bisa dijadikan eco enzyme.
“Minyak jelantah bisa dikirim ke bank sampah, sampah dapur lainnya bisa dimasukkan ke dalam komposter sebagai pupuk organik cair, sampah rumput dan daun kering bisa sebagai kompos atau media tanam, dan sampah kulit buah segar bisa dijadikan eco enzyme,” terangnya
“Eco Enzyme adalah cairan multiguna yang merupakan hasil fermentasi sampah kulit buah atau sayur. Eco Enzyme bisa dimanfaatkan sebagai penjernih air, pembersih atau sabun, pupuk, hingga pengobatan luka luar,” ungkap Juliana.
Ibu-Ibu ‘Aisyiyah makin antusias setelah mencoba produk-produk Eco Enzyme yang dibagikan oleh Juliana.
Formula pembuatan Eco Enzyme ini, imbuh Juliana, ditemukan oleh Rosukan Pompanvong seorang dokter dan pegiat pertanian asal Thailand.
“Formula Eco Enzyme mudah sekali kita ingat dengan rumus perbandingan 1, 3, dan 10. 1 kg molase atau gula merah, 3 kg kulit buah & sayur segar tidak busuk dan tidak bekas masak, dan 10 liter air,” paparnya.
Bahan-bahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam jirigen plastik kedap udara dan didiamkan selama 3 bulan kemudian dipanen.
“Biar makin semangat, Ibu-Ibu sebaiknya membuat kelompok untuk mempraktekkan pembuatan Komposter, Biopori, dan Eco Enzyme ini,” ajaknya.
“Kalaupun tidak dijual, dengan membuat Eco Enzyme, selain lingkungan jadi bersih dan sehat, kita juga bisa menghemat pengeluaran belanja cairan pembersih,” ucap Juliana, yang kini juga aktif sebagai tim perempuan dan anak, serta lingkungan, PERMABUDHI (Persatuan Umat Buddha Indonesia).
Baca juga: Dewi Yull Berbagi Praktik Baik Pengasuhan Inklusif di Tanwir I ‘Aisyiyah
Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, mengajak seluruh peserta bergabung dalam gerakan Green ‘Aisyiyah. “Gerakan Green ‘Aisyiyah bertujuan untuk menjaga bumi dan merawat generasi, sesuai dengan yang diajarkan oleh Al Qur’an dan Rasulullah SAW,” ungkapnya.
Hening yang saat ini juga sebagai Wakil Ketua LLHPB Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah itu menegaskan bahwa gaya hidup ‘green’ bukan dari Barat, namun justru dari ajaran-ajaran Rasulullan SAW. “Rasulullah berwudhu menggunakan 1 mud air atau 0,7 liter, memperbaiki sandalnya, dan menjahit bajunya sendiri, sikap ini menjadi teladan agar kita berhemat air dan tidak mudah membeli barang baru jika barang yang lama masih bisa dikenakan,” ujarnya.
Eco Sociopreneurship sebagai upaya melestarikan lingkungan melalui aksi sosial yang dapat bernilai ekonomi, menurut Hening, kuncinya adalah kreatifitas, inovasi, dan membangun jaringan.
“Kita bisa mulai membangun Eco Sociopreneurship menuju Green ‘Aisyiyah, dengan membuat surat edaran, mempraktikkannya di lingkungan ‘Aisyiyah seperti mengadakan pengajian dengan membawa kotak makan dan botol minum sendiri yang bisa digunakan secara berulang, membuat poster, hingga membuat inovasi di tingkat ranting dengan berkelompok,” sarannya.
“Inovasi bisa dimulai dari misalnya memanfaatkan baju bekas sebagai kerajinan keset, tas, memanfaatkan sampah makanan menjadi pupuk, eco enzyme, menanam pohon dan sayuran, dan inovasi menarik lainnya,” imbuhnya.
Adapun Gerakan Shodaqoh Sampah saat ini sudah berjalan di 3 PRA di Cabang Sawangan Depok. Hal ini disebutkan oleh Ketua LLHPB PDA Depok Siti Wastiyah.
“Anggota ‘Aisyiyah di ranting memilah dan mengumpulkan jenis sampah kertas, botol-botol, galon, kayu atau seng, kemudian nanti dikumpulkan di posko Shodaqoh Sampah yang telah ditentukan, setelah terkumpul, sampah tersebut akan diambil oleh pengepul,” tuturnya.
Baca juga: Hadir di Tanwir ‘Aisyiyah, Menag Sampaikan Dukungan Terhadap Penguatan Pemberdayaan Perempuan
Hasil dari penjualan sampah, imbuh Wastiyah, digunakan sebagai kas Ranting ‘Aisyiyah, mendukung operasional kegiatan Ranting ‘Aisyiyah, dan juga untuk kegiatan sosial seperti membantu meringankan pembayaran SPP sekolah bagi anggota keluarga kurang mampu.
“Semoga kegiatan pelatihan ini makin memotivasi Ibu-Ibu Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah untuk mengembangkan rantingnya melalui gerakan shodaqoh sampah,” harapnya.
Rangkaian acara ditutup dengan diskusi dan presentasi kelompok. Peserta diminta mendisksikan potensi sampah yang bisa dikelola untuk shodaqoh sampah di kawasannya, mengidentifikasi ketrampilan telah yang dimiliki, serta rencana kerja dan kolaborasi ke depan dengan siapa saja. Hasil diskusi dipresentasikan dan disepakati bersama sebagai rencana tindak lanjut.
Noviyanti Ketua Arisan dari PKK RW 8 Cinangka dan Komariyah dari Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Cinangka, mengaku senang bisa terlibat di kegiatan Women Eco – Preneurship ini.
“Banyak ilmu baru yang saya dapatkan dalam pertemuan ini dan ke depan ingin coba membuat grup Eco Enzyme berkolaborasi dengan ‘Aisyiyah,” ungkap Noviyanti.
“Penting agar sampah bisa dimanfaatkan kembali dan bernilai ekonomi, sehingga menambah pemasukan di keluarga, dan dalam waktu dekat kami ingin studi banding ke kelompok-kelompok perempuan yang sudah berhasil mengembangkan inisiasi ini, agar Ranting kami makin berkembang dan berdaya,” imbuh Komariyah. (Dzikrina Farah Adiba)
Editor : Ida Djumila