Pasuruan – beritaplus.id | Dua wisatawan asal Belanda mengaku kecewa setelah berkunjung ke kawasan wisata Gunung Bromo, Rabu (30/7/2025). Pasalnya, mereka tidak menerima bukti pembayaran tiket masuk meski telah melakukan pembayaran secara daring.
Kedua turis, Nieke dan Vera Hart, menggunakan jasa pemandu wisata untuk menjelajahi kawasan Gunung Bromo melalui pintu masuk Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Mereka membayar tiket secara online sebesar Rp550.000, namun saat masuk tidak diberikan bukti resmi berupa barcode oleh petugas loket.
Baca juga: Gegara Tiket Mahal. Wisatawan Enggan ke Bromo Jelang Nataru. Pelaku Usaha Menjerit
"Masuk ke objek wisata berjalan lancar, tetapi saat hendak keluar, kendaraan kami dihentikan petugas loket dan diminta menunjukkan bukti pembayaran," ujar Ojin, pemandu wisata yang mendampingi kedua turis.
Menurut Ojin, terjadi adu mulut antara dirinya dengan petugas karena bukti pembayaran belum dikirimkan melalui WhatsApp seperti yang dijanjikan. "Saya bilang, bukti barcode-nya belum saya terima. Tapi petugas tetap bersikeras," tambahnya.
Lebih lanjut, Ojin mengungkapkan bahwa selain biaya tiket, ada pungutan tambahan yang dibebankan kepada wisatawan, yakni Rp10.000 untuk parkir dan Rp20.000 untuk biaya administrasi. "Ini tidak transparan dan sangat memalukan, apalagi bagi turis asing," tegasnya.
Merasa dirugikan dan tercoreng nama baiknya sebagai pemandu, Ojin kemudian melaporkan kejadian ini ke Polsek Tosari. Ia berharap peristiwa serupa tidak terulang, terutama terhadap wisatawan mancanegara yang datang jauh-jauh untuk menikmati keindahan alam Indonesia.
"Ini preseden buruk bagi citra pariwisata Indonesia. Pengelola Bromo harus lebih profesional dan transparan, terutama dalam hal pelayanan dan administrasi tiket," tegasnya.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak pengelola wisata Gunung Bromo maupun Balai Besar TNBTS terkait insiden tersebut. (Jin)
Editor : Redaksi