Penulis: Muhammad Ichsan Junaedi, Mahasiswa STMIK TAZKIA
Bogor, beritaplus.id | Dalam kehidupan ini, kita sering dihadapkan pada pilihan antara kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain. Ada saatnya kita harus mengesampingkan ego demi sesuatu yang lebih besar, baik itu keluarga, masyarakat, maupun nilai yang kita junjung tinggi. Salah satu konsep yang mencerminkan sikap ini adalah " Nafi'un Li Ghoirì Nafsihi."
Makna Nafi'un Li Ghoirì Nafsihi
Secara bahasa, frasa ini berasal dari bahasa Arab:
Nafi'un berarti "bermanfaat" atau "berguna."
Li ghayri berarti "untuk selain" atau "bagi yang lain."
Nafsihi berarti "dirinya sendiri" atau "jiwaku."
Jika diterjemahkan secara harfiah, artinya adalah "bermanfaat untuk orang lain" atau "Untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri." Konsep ini erat kaitannya dengan pengorbanan, ketulusan, dan kepedulian terhadap sesama.
Bagaimana Nafi'un Li Ghoirì Nafsihi Diterapkan dalam Kehidupan?
Prinsip ini tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi sesuatu yang bisa kita terapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
1. Dalam Keluarga
Keluarga adalah tempat pertama di mana kita belajar tentang pengorbanan. Seorang ibu yang begadang menjaga anaknya yang sakit, seorang ayah yang bekerja keras demi kehidupan yang lebih baik, atau seorang kakak yang rela mengalah demi adiknya—semuanya mencerminkan nilai Nafi'un Li Ghoirì Nafsihi.
2. Dalam Kehidupan Sosial
Setiap orang hidup berdampingan dengan orang lain. Ketika kita membantu teman yang sedang kesulitan, berbagi makanan dengan tetangga, atau bahkan sekadar menyisihkan waktu untuk mendengarkan curhatan orang lain, kita sudah mengamalkan prinsip ini. Tidak selalu harus berupa hal besar—kadang, kebaikan kecil pun bisa membawa dampak besar bagi orang lain.
3. Dalam Dunia Pendidikan
Seorang guru yang mendidik murid-muridnya dengan penuh dedikasi tanpa hanya berpikir soal gaji adalah contoh nyata dari semangat ini. Ia mengajar bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi demi mencerdaskan generasi mendatang.
4. Dalam Pekerjaan dan Bisnis
Di dunia kerja, seorang pemimpin yang lebih mengutamakan kesejahteraan timnya dibanding keuntungan pribadi adalah contoh bagaimana sifat Nafi'un Li Ghoirì Nafsihi diterapkan dalam kepemimpinan. Begitu juga dengan seorang pengusaha yang membangun bisnisnya dengan tujuan memberi manfaat bagi banyak orang, bukan sekadar mencari keuntungan.
5. Dalam Kehidupan Beragama
Hampir semua ajaran agama menekankan pentingnya berbuat baik kepada sesama. Beramal, membantu orang yang kurang mampu, atau bahkan hanya memberikan senyuman yang tulus kepada orang lain adalah bentuk nyata dari Lil Ghairi Nafshi (bermanfaat dalam kehidupan orang lain) dalam kehidupan beragama.
Peran Penting Nafi'un Li Ghoirì Nafsihi dalam Hubungan Dengan Kebangkitan Pemuda Indonesia
1. Pemuda sebagai Agen Perubahan
Pemuda Indonesia harus menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain, yaitu bukan hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat.
Contoh nyata adalah peran pemuda dalam pergerakan nasional seperti Budi Utomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928), di mana mereka tidak hanya memikirkan nasib pribadi tetapi juga perjuangan kemerdekaan.
Mengapa Nafi'un Li Ghoirì Nafsihi Penting?
Di zaman sekarang, di mana banyak orang semakin fokus pada diri sendiri dan kepentingan pribadi, konsep ini menjadi semakin relevan. Hidup bukan hanya tentang apa yang kita dapatkan, tetapi juga tentang apa yang bisa kita berikan kepada orang lain.
Dengan menerapkan prinsip ini, kita bukan hanya membawa manfaat bagi orang lain, tetapi juga menciptakan kehidupan yang lebih bermakna. Ketika kita berbuat baik tanpa mengharap imbalan, dunia pun akan membalas dengan kebaikan yang tak terduga.
Jadi, sudahkah kita menerapkan Nafi'un Li Ghoirì Nafsihi dalam kehidupan kita? (*)
Editor : Ida Djumila