Surabaya, Beritaplus.id - Sebagai ungkapan pergulatan batin dan cermin dari kehidupan yang sebenarnya, monolog pasti memiliki permasalahan atau pun konflik yang dialami oleh tokoh utama dalam cerita. Konflik tersebut juga tidak jauh berbeda dengan konflik yang terjadi di dalam kehidupan nyata.
Konflik yang dimaksud misalnya, konflik tentang kisah percintaan, keluarga, kehidupan sosial, ekonomi, bahkan konflik dengan batinnya sendiri. Adanya konflik yang terjadi di dalam kehidupan nyata, yang kemudian diangkat oleh Putu Wijaya dalam naskah monolog berjudul “Aeng”.
Baca juga: Teater Geo Raih Juara 1 Lomba Drama Teatrikal yang Digelar Perpustakan Bank Indonesia
Naskah monolog ”Aeng” karya Putu Wijaya terdapat karakter atau watak dari tokoh Alimin yang dapat membuat pembaca atau penonton seolah-olah merasakan kegelisahan, amarah dan semua yang dirasakan oleh tokoh Alimin. Selain itu, dalam naskah monolog ini banyak nilai-nilai yang dapat dijadikan pelajaran. Aeng atau Aing dalam bahasa Sunda adalah sebuah kata kasar yang berarti “aku.”
Aeng bercerita tentang tokoh bernama Alimin seorang laki-laki dengan mengambil latar penjara. Namun pemilik nama lengkap Muhammad Rizky Darma Putra dari Teater Geo Universitas PGRI Adi Buana (Unipa) Surabaya ini mampu membawakannya dengan apik.
Ia mengawali aksi panggungnya di dalam ruang kerja dengan aktivitas mengetik surat pada mesin ketik jadulnya, namun kebisingan (desahan) mengganggu aktivitasnya yang membuat ia marah dan murka.
Sebuah kalimat sinis bernada kecam terlontar : "Jika ada pemberontakan, akulah biangnya."
Sekelumit kisah yang diangkat dari lakon “Aeng” tersebut dipentaskan oleh Muhammad Rizky Darma Putra dalam acara monolog Pekan Seni Mahasiswa Daerah Jawa Timur (Peksimida Jatim) yang diselenggarakan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kampus Lidah Wetan. Ia menyandang Juara Harapan 3.
Baca juga: Siti Nur Aliza, Mahasiswi Jurusan Farmasi Terpilih Sebagai Ketua Umum UKM Teater Geo
Peksimida yang digelar Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI Jatim) dengan tuan rumah UNESA ini mengusung tema “Merdeka Berprestasi Talenta Seni Menginspirasi." Pembukaan acara ditandai dengan penancapan wayang oleh Ketua BPSMI Jatim, Setiawan Noerdajasakti dan Rektor UNESA, Nurhasan.
Peksimida Jatim digelar mulai 21-24 Juli 2024, bertempat di halaman Rektorat UNESA. Tangkai Lomba yang diselenggarakan antara lain tangkai lomba menyanyi dangdut, menyanyi seriosa, menyanyi keroncong, vocal group, penulisan puisi, penulisan cerpen, dan monolog
Ketua BPSMI Jatim, Setiawan Noerdajasakti menyebutkan bahwa terdapat 545 mahasiswa yang berasal dari 37 Perguruan Tinggi seluruh Jawa Timur yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Terdapat 15 tangkai lomba yang akan diperlombakan.
Baca juga: Dies Natalis ke-23 Tahun, Teater Geo Unipa Surabaya Menggelar Pementasan Berjudul “?
Dia berharap, Peksimida ini dapat mendapatkan sang juara yang handal untuk mewakili Jawa Timur dalam Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada September 2024 mendatang.
Rektor UNESA yang akrab disapa Cak Hasan menyampaikan Peksimida menjadi wadah bagi mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan secara praktis dalam bidang seni, baik seni suara, seni pertunjukan, sastra, maupun seni rupa.
“Para mahasiswa mampu mengembangkan bakat dan minat dalam kreasi seninya untuk memperkuat dan memperkaya budaya bangsa berdasarkan bineka tunggal ika,” ucapnya. (*)
Editor : Ida Djumila