Oleh: Serli Qairani Putri
(Mahasiswi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
“Shooting the Moon” adalah salah satu cerpen terkenal karya Henry Lawson yang diterbitkan pada tahun 1905, yang menggambarkan kehidupan keras di pedalaman Australia pada akhir abad ke-19. Bercerita tentang dua pengembara yang tidak memiliki pekerjaan dan harta mencoba mencari cara untuk bisa pergi dari penginapan yang mereka tempati dengan cara menyusun rencana untuk "menembak bulan" (shooting the moon), yaitu melarikan diri dari penginapan tanpa membayar.
Cerita pendek berjudul “Shooting the Moon” yang ditulis oleh Henry Lawson ini berlatar belakang di pedalaman Australia yang sering disebut juga sebagai “the bush.” Pada akhir abad ke-19, pedalaman Australia merupakan wilayah yang keras dengan lingkungan alam yang penuh tantangan.
Pada masa itu, banyak pria yang hidup dengan cara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain karena miskin dan tidak memiliki pekerjaan. Mereka mencari pekerjaan sementara atau untuk sekadar bertahan hidup dalam masa-masa sulit. Para penggembara mengandalkan keterampilan mereka untuk bertahan hidup di alam liar serta akal mereka dalam mencari makanan dan tempat yang cocok untuk beristirahat.
Henry Lawson (sumber: PoemHunter.com)
Henry Archibald Hertzberg Lawson, atau lebih dikenal sebagai Henry Lawson, lahir pada 17 Juni 1867 di Grenfell, New South Wales, Australia. Henry Lawson meninggal pada tanggal 2 September 1922 di Sydney, New South Wales pada usianya yang ke-55 tahun. Lawson adalah salah satu penulis dan penyair terkemuka di Australia yang terkenal karena karyanya yang menggambarkan kehidupan pedalaman Australia dalam cerita pendek “Shooting the Moon”.
Karya-karyanya yang terkenal antara lain adalah cerpen “Shooting the Moon,” “The Drover’s Wife,” dan “The Loaded Dog,” serta puisi “Faces in the Street” dan “Andy’s Gone with Cattle.” Gaya penulisan Lawson dikenal sederhana namun memiliki makna mendalam, dengan menyorot pada realitas sosial dan kehidupan masyarakat pedalaman yang keras.
Meskipun hidup dalam kesulitan, karya-karya Lawson menjadi bagian penting dari sastra, karena memberikan pandangan yang jujur tentang kehidupan masyarakat Australia pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Henry Lawson menggambarkan bagaimana kehidupan keras di pedalaman Australia dan perjuangan orang-orang yang hidup di tengah kekurangan. Untuk menghadapi kesulitan ini, mereka perlu mengandalkan kecerdasan dan solidaritas.
Dengan gaya bercerita yang ringan namun penuh makna, Henry Lawson berhasil menciptakan cerita kehidupan pedalaman Australia yang penuh tantangan didorong dengan rasa semangat dan keberanian.
Selain menyajikan humor yang segar dan menghibur, keberanian yang menginspirasi, serta rasa persahabatan yang kuat di antara para pengembara, cerpen “Shooting the Moon” karya Henry Lawson juga menyelipkan kritik sosial yang tajam terhadap ketimpangan ekonomi yang ada di masyarakat pada saat itu. Cerita ini menggambarkan betapa kerasnya kehidupan Masyarakat kelas bawah yang ada di pedalaman Australia pada saat itu, Di mana mereka harus berjuang sangat keras untuk bertahan hidup.
Selain itu, cerpen ini juga menunjukkan bahwa tidak adanya dukungan sosial, kepedulian, dan harapan masa depan terhadap para pekerja atau masyarakat kelas bawah.
Dilihat dari tokoh-tokoh dalam cerita ini yang harus mengandalkan akal dan kemampuan bertahan hidup mereka sendiri tanpa adanya bantuan dari pemerintah, dan juga para pekerja kelas bawah yang terjebak dalam kemiskinan dan tidak memiliki harapan terhadap masa depannya.
“There is no better way to get to know a man than to be thrown together in a tight corner with him.” Kutipan ini menunjukkan pemahaman Lawson tentang hubungan antar manusia dan bagaimana di situasi sulit dapat memperlihatkan sifat asli dari seseorang.
Cerita pendek “Shooting the Moon” mencerminkan nilai-nilai kesetaraan dan perjuangan hidup orang-orang sederhana di Australia. di mana Lawson melalui tokoh-tokohnya menggambarkan bagaimana orang-orang sederhana mampu bertahan hidup dalam situasi sulit.
Para pengembara ini sering kali menghadapi banyak kesulitan, seperti cuaca yang buruk, kekurangan makanan, dan tempat tinggal yang tidak nyaman. Namun, meskipun hidup dalam keadaan sulit, mereka tetap berjuang untuk bertahan dan melanjutkan perjalanan.
Editor : Ida Djumila