BATU - beritaplus.id | Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam budidaya jeruk. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, terus memberi bimbingan teknis (bintek) Good Agricultural Practices (GAP) yang melibatkan puluhan petani jeruk melenial di Kota Batu.
Bimtek tersebut, tujuannya agar melaksanakan budidaya sesuai dengan kaidah GAP dan menggunakan benih bermutu serta bersretifikat dalam usaha budidayanya.
Hal itu, dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Sugeng Pramono, Jumat ( 26/112021).
" Jeruk merupakan salah satu produk buah yang digemari di indonesia bahkan seluruh dunia, dengan demikian potensi pasar jeruk sangatlah luas. Indonesia memiliki ragam varietas jeruk yang cukup besar dan setiap daerah memiliki varietas unggulan jeruk dengan ciri khas masing-masing," kata Sugeng.
Itu, kata dia, pada era perdagangan global saat ini menurutnya tingkat persaingan antar negara produsen semakin tinggi. Untuk itu, harga produk tidak lagi menjadi pertimbangan utama tetapi beberapa faktor - faktor teknis seperti persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary dan phytosanitary juga menjadi hal penentu.
"Kondisi ini menuntut negara-negara produsen untuk meningkatkan daya saing produk – produk yang dihasilkannya," tegasnya.
Lantas, tegas dia, untuk menghadapi tuntutan itu,menurutnya perlu upaya untuk menghasilkan produk hortikultura termasuk jeruk yang aman dikonsumsi, bermutu baik dan diproduksi secara ramah lingkungan.
"Salah satu upaya yang dilakukan adalah perbaikan teknologi budidaya melalui penerapan budidaya yang baik GAP yang relevan dengan kondisi di masing-masing wilayah atau dengan kata lain spesifikasi lokasi," paparnya.
Kemudian , papar dia, GAP adalah cara pelaksanaan budidaya tanaman buah dan sayur secara baik, benar dan tepat.
" Yang mencakup mulai dari kegiatan pra tanam hingga penanganan pasca panen dalam upaya menghasilkan produk buah dan sayur segar yang aman dikonsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berdaya saing," jelasnya.
Selanjutnya, jelas dia, GAP menerapkan prinsip telusur balik (traceability), yaitu produk dapat ditelusuri asal-usulnya, dari konsumen sampai lahan usaha.
Itu, menurut dia, dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Hewan, Tumbuhan, dan Mikroorganisme Kewenangan Kabupaten / Kota Sub Kegiatan Peningkatan Kualitas SDG Hewan / Tanaman, Bidang Pertanian.
“Pelatihan Good Agricultural Practices Jeruk Siam Madu” dan Bimbingan Teknis GAP Jeruk tersebut, sebelumnya sudah dilakukan selama tiga hari, pada 26-28 Oktober 2021, di ruang Malus Balitjestro, Batu," ungkapnya.
Itu, ungkap dia, Bimtek tersebut, diselenggarakan atas kerjasama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, TSP Balitjestro, dan KPRI Citrus.
"Materi yang disampaikan meliputi budidaya jeruk, pengelolaan hama dan penyakit jeruk serta pengolahan pasca panen jeruk.
Peserta bimtek berasal dari wilayah Batu berjumlah 20 orang. Peserta sendiri sebagian besar merupakan generasi muda petani jeruk (petani milenial) ," terangnya.
Ini, terang dia, dengan harapan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam budidaya jeruk dan kaderisasi sumber daya manusia dalam usaha tani jeruk.
" Saat itu, Bimtek dihadiri oleh Kepala Balitjestro, Dr Harwanto, MSi. Materi bimtek terdiri atas materi di kelas dan praktikum di lapang. Secara umum, bimtek berlangsung dengan baik dan para peserta sangat antusias dalam setiap materi yang diberikan, saat itu," ujarnya.
Kala itu, ujar dia, petani ditekankan pada penggunaan benih bebas penyakit, karena dalam budidaya jeruk rawan penyakit CVPD (citrus vein phloem degeneration) untuk itu, Sugeng berharap dalam usaha budidayanya petani agar selalu menggunakan benih bermutu dan bersertifikat, yakni.
" Benih murni dari suatu varietas, berukuran penuh dan seragam, daya tumbuh baik, bebas dari biji gulma, penyakit , hama, atau bahan lainnya," pungkasnya. ( Gus)
Editor : Redaksi