Pasuruan - beritaplus.id | Sungguh terlalu ! Pemilik warung remang-remang (Warem) yang ada di Desa Nogosari, Kecamatan Pandaan ini. Meskipun bulan Ramadan tetap saja buka. Sontak, membuat warga setempat marah dan membakar spanduk terpasang di setiap Warem, Senin (24/3/2024) malam. Sempat terjadi 'perang mulut' anatar pemilik warem dan warga setempat.
"Kemarahan warga Nogosari sudah tidak terbendung. Beberapa kali dilayangkan peringatkan ke pemilik warem tidak pernah digubris. Sehingga membuat warga marah dan melakukan penutupan paksa," ungkap Bargowo salah seorang tokoh masyarakat pada awak media, Selasa (26/3/2024).
Sebelumnya, kata Bargowo, pihak Pemerintah Desa (Pemdes) Nogosari telah melayangkan surat panggilan ke pemilik warem yang ada di kawasan desa setempat. Bahkan, warga juga koordinasi dengan tokoh ormas Islam NU dan Muhammadiyah terkait keberadaan Warem 'bandel' tetap buka di bulan Ramadan. "Dikasih surat panggilan siang, malam tetap saja buka. Padahal sudah ada berita acara kesepakatan dibulan suci Ramadan. Semua Warem tidak boleh beroperasi atau buka. Tapi rupanya himbauan atau surat peringatan tidak pernah dihiraukan oleh si pemilik warem," ujarnya.
Merasa 'dilecehkan' si pemilik warem. Warga pun mendatangi Kades Nogosari. Mendesak, pihak Pemdes Nogosari mengambil sikap tegas untuk menutup semua Warem di lokasi desa tersebut. "Saat warga akan menutup Warem disaksikan muspika setempat. Sempat terjadi perlawan dari si pemilik warem. Wes gak kakean cangkem langsung digrabak warga. Bener yang terpasang disetiap Warem langsung diturunkan dan dibakar oleh massa yang mayoritas warga Desa Nogosari," cerita Bargowo menggunakan bahasa campuran (indonesia-jawa).
Ia menilai, warga terkesan tidak dianggap oleh si pemilik warem. Sejumlah warga pun melakukan sweeping ke Warem yang ada di Desa Nogosari untuk melakukan penutupan paksa didampingi muspika setempat.
Sementara itu, Khomari salah seorang pemilik warung kopi mengaku warungnya tidak menyediakan pemandu lagu (PL). "Warung kopi saya tidak menyediakan PL. Tapi oleh warga tetap ditutup. Jelas saya tidak terima wong saya hanya jualan kopi saja kok ditutup paksa," ucap Khomari.
Ia menyebut sempat terjadi keributan antara dirinya dengan warga. Karena, warungnya diacak-acak. "Meja, gelas dan piring yang ada warung pecah semua. Tak hanya itu salah seorang warga juga menampar kena kepala saya," aku Khomari.
Bahkan, lanjut Khomari, dirinya sempat diancam akan dibunuh. "Sempat terjadi pengancaman. Ada seorang warga yang sempat mengancam saya," sebutnya.
Tidak terima, ia pun mendatangi Polres Pasuruan melaporkan kejadian yang dialaminya. Ia berharap kejadian dugaan penganiayaan, perusakan dan pengancaman yang dilaporkan ke Polres Pasuruan diproses sesuai aturan hukum.
Editor : Ida Djumila