Pasuruan, beritaplus.id | Meskipun sempat terjadi chaos antara warga dengan petugas gabungan saat razia di Pesanggrahan, Tretes beberapa waktu lalu. Lokasi tempat prostitusi atau esek-esek masih 'aman' tak tersentuh petugas baik itu kepolisian atau pun Satpol PP. Buktinya, pemilik atau pengelola bisnis prostitusi dikawasan tersebut lancar jaya.
Baca juga: Jelang Nataru Bisnis "Lendir" di Puncak Tretes Laris Manis. Semalam PSK Layani Tamu Belasan Kali
Informasi digali beritaplus.id ada tiga lokasi yakni Pesanggarahan, Gang Sono dan Watu Adem yang diduga sebagai tempat prostitusi. Wanita-wanita penjual syahwat alias PSK mangkal di dalam wisma. Supaya 'aman' si pemilik usaha esek-esek ditarik uang 'iuran' oleh koordinator untuk diberikan ke oknum baik itu TNI, Polisi dan Satpol PP.
"Ada tiga koordinator diantara Pesanggarahan, Gang Sono dan Watu Adem. Koordinator ini yang menarik uang iuran ke pemilik wisma (tempat prostitusi)," ungkap Ahmad salah seorang warga kepada beritaplus.id, Rabu (18/12/2024).
Uang iuran atau atensi ini diberikan setiap bulan ke oknum aparat. "Biasanya oknum aparat ambil jatah pertengahan bulan. Sekitar tanggal 15 sampai 17," sebutnya.
Ia pun menceritakan, salah satu pemicu insiden chaos antara aparat gabungan terdiri Satpol PP Propinsi Jatim, Satpol PP Kabupaten Pasuruan, dan TNI dengan warga saat razia Pesanggarahan-Tretes karena pemilik wisma atau germo kesal terus dirazia. "Padahal setiap bulan mereka (para germo) rajin memberikan iuran ke oknum aparat. Tapi tetap dirazia itu salah satu penyebab keributan," ungkapnya.
Dalam razia itu, petugas gabungan berhasil membawah enam terduga PSK di salah satu wisma kawasan Pesanggarahan. Petugas langsung masukan ke dalam mobil. Namun, tiba-tiba muncul terduga provokator yang langsung memancing keributan. Kontan saja, suasana semakin panas. Keributan pun terjadi. Massa terdiri dari warga setempat mengancam akan membakar mobil petugas yang mengangkut ke enam terduga PSK. Salah seorang anggota TNI langsung mengeluarkan tembakan peringatan ke udara. Suasana menjadi redah, massa pun bubar. (dik)
Editor : Ida Djumila