SAMPANG,beritaplus.id– Setelah polemik munculnya makam misterius di kompleks Bhuju’ Lanceng, Kelurahan Dalpenang, meresahkan warga beberapa waktu lalu, kini proses pembongkarannya berlangsung damai dan kondusif. Pemerintah kelurahan bersama masyarakat berhasil mengembalikan area tersebut ke kondisi semula tanpa ada gejolak di lapangan.
Lurah Dalpenang, Mohammad Junaidi, menegaskan bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut dari hasil musyawarah pada 16 September lalu. Ia menyebut, pembongkaran dilakukan melalui kesepakatan bersama dengan melibatkan warga, aparat, Babinsa, hingga tokoh masyarakat.
“Pembongkaran ini hasil musyawarah, bukan keputusan sepihak. Setelah itu, kami tetap berkomitmen menjaga nilai budaya sekaligus menghormati tokoh yang dimuliakan, yakni Syekh Abdul Rahman,” ujarnya, Jumat (26/9/2025).
Junaidi juga mengingatkan agar pengalaman ini menjadi pelajaran bersama. Ke depan, jika ada hal serupa, ia berharap masyarakat lebih dulu berkoordinasi dengan RT atau pihak berwenang. “Karena membangun makam ada tata caranya, jangan sampai hanya berlandaskan mimpi lalu menimbulkan keresahan,” tambahnya.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan Disporabudpar Sampang, Abd Basith, menegaskan bahwa pengembalian fungsi bangunan tersebut merupakan langkah penting demi menjaga ketertiban sosial. Menurutnya, mimpi atau inspirasi spiritual tidak dilarang, namun perlu disikapi bijak agar tidak menimbulkan konflik.
“Bahkan pihak yang bermimpi, yang dalam hal ini adalah Zinol, sudah menandatangani surat pernyataan bermeterai, ikhlas mengembalikan bangunan ke fungsi awal. Prosesnya berjalan lancar, masyarakat banyak yang terlibat membantu,” jelas Basith.
Ia mengingatkan agar ke depan tidak sembarangan mengekspresikan mimpi dengan mendirikan makam. Jika ada temuan spiritual, sebaiknya dikoordinasikan dengan tokoh masyarakat maupun ahli ritual lain. “Dalam dunia spiritual pun perlu komparasi. Satu orang bisa bilang A, yang lain bilang B. Maka penting ada koordinasi,” tegasnya.
Abd Basith juga membuka peluang jika aspirasi warga menjadikan kegiatan doa bersama di lokasi tersebut sebagai tradisi tahunan. Namun, hal itu masih berupa aspirasi sosial dan baru bisa ditindaklanjuti secara birokratis bila ada usulan resmi dari kelurahan atau RT/RW.
“Harapan kami, kegiatan religi ini tidak hanya sebatas doa, tapi juga pembacaan biografi tokoh agar masyarakat lebih mengenal sejarahnya,” pungkasnya.(fen)
Editor : Redaksi